Tuesday, September 8, 2009

PEREMPUAN ITU ADALAH AGEN PERUBAHAN.


Press Release
Bunda Lia Songgo Buwono
Yogyakarta 8 September 2009
Bantul bakal menjadi contoh di Jogyakarta. Pasalnya, baru pertama kali, perempuan akan menjadi bupati. Dan dengan nurani perempuan, Hj. Ida Idham Samawi akan mengatur keluarga besar yang namanya Kabupaten Bantul Propinsi Jogyakarta.
Perempuan itu adalah agen perubahan. Konsep ini akan menjadi nyata ketika Kabupaten Bantul dipimpin seorang perempuan. Pasalnya, kondisi politik yang selalu didominasi lelaki itu, apa menjamin akan membuat perubahan dalam kehidupan bermasyarakat setelah H. Idham Samawi tidak menjabat lagi. Mungkin lucu tapi bukan keanehan habis suami jadi Bupati kini Istri maju. Suatu hal yang tidak ada salahnya…. Kenapa tidak??? Kalau memang Hj. Ida Idham Samawi mampu mengapa mesti dipermasalahkan??? Yang penting sekarang adalah memilih pemimpin itu dengan hati nurani dan rasa. Disinilah saatnya hati nurani kita harus bicara.
“Masyarakat sudah bosan dengan kepimpinan seorang lelaki yang tidak membuat perubahan. Untuk itu, perlu ada perubahan. Dan perubahan itu akan muncul kalau bupati dijabat oleh perempuan.”.
Pernyataan itu bakal menjadi kenyataan. Soalnya, Hj. Ida Idham Samawi saat disebut-sebut sebagai agen perubahan ketika perempuan kelahiran …………………. itu calon Bupati Kabupaten Bantul. Tampaknya, munculnya sosok Hj. Ida Idham Samawi akan mengukir sejarah pemerintahan di Bantul, bahwa genderang perubahan sudah dikumandangkan melalui gerakan membangun dengan hati nurani (Gerbang hati nurani) .
Bila dibandingkan dengan wilayah lainya, sudah ada perempuan yang menjadi bupati bahkan gubernur. Sementara di wilayah Bantul, belum ada sosok perempuan yang berada pada posisi itu. Jangankan di kursi eksekutif, di legislatif pun jumlah perempuan masih bisa dihitung dengan jari tangan kita.
Semua ini terjadi lantaran dunia politik selalu dimonopoli kaum lelaki. Akibatnya, perubahan yang diimpikan masyarakat, belum terwujud yaitu ingin memiliki pemimpin wanita.
Untuk itulah, Ibu Hj Ida Idham Samawi– begitulah nama yang selalu disapa – Insak Allah jadi mencalonkan diri sebagai bupati di Kabupaten Bantul. Saya rasa peluangnya cukup bagus dan memang saatnya seorang wanita yang menduduki kursi Bupati pengganti H. Idham Samawi. Bantul banyak perubahan yang baik dan sangat maju pesat selama dipegang H. Idham Samawi dalam pembangunan dan selalu menjunjung tinggi kebudayaan lokal. Tetap terhindar dari Mall dan Mall.
Kepada Suara Perempuan Bantul, ketika lelaki memonopoli dunia politik, perempuan biasanya lebih banyak mengalah. Bahkan perempuan cenderung memposisikan diri sebagai pekerja keras dalam kehidupan rumah tangga. Tetapi jangan salah perempuan hanya sebagai Ibu Rumah Tangga karena justru Perempuanlah yang akan lebih teliti dalam mengambil kebijaksanaan... karena Perempuan adalah penuh kasih sayang dan tanggung jawabnya besar.
“Jadi, baik atau tidaknya sebuah rumah tangga bergantung dari peran perempuan.
Walaupun latar belakang pendidikannya pas-pasan, namun seorang perempuan akan tetap berusaha mengatur semua kebutuhan, baik untuk anak maupun suami. Jadi perempuan itu manajer yang baik,” kata Bunda Lia.Dengan dasar itulah, muncul Gerbang Hati nurani Wanita Sebagai Pemimpin. “Saya melihat bahwa kalau perempuan memimpin, itulah nurani perempuan.
Jadi karena nurani itu, perempuan akan berpikir, bagaimana memenuhi kebutuhan rumah tangga yang besar ini (kabupaten,red. ). Jadi pada dasarnya, masa depan suatu daerah tergantung pada generasi muda yang ada di daerah itu. Untuk itu, kabupaten ini dipimpin oleh seorang Bupati yang punya kualitas kepemimpinan cukup handal, dan lebih penting lagi adalah yang akrab dengan rakyat sekaligus meneruskan progam kelanjutan H. Idham Samawi” ungkap Bunda Lia
Selain itu, Bunda Lia mengatakan, seorang perempuan pasti akan memikirkan bagaimana memberikan kecukupan perempuan dan anak serta masyarakat pada umumnya.
Hal itu merupakan kunci utama kalau memang kita membutuhkan sebuah perubahan.
Dikatakan, dulu para ibu rumah tangga di Bantul tidak semua memiliki pendidikan yang baik, namun anak-anak mereka harus bisa berhasil. Andaikan mereka mendapat pendidikan yang layak, pasti generasi mereka akan jauh lebih maju dan lebih berkembang.
Untuk itu, apabila masyarakat memberikan kesempatan untuk memimpin Kabupaten Bantul, maka pasti semua hal ini akan diperhatikan termasuk persoalan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur.“Pada dasarnya perempuan jauh lebih teliti dan bijaksana.
Segala sesuatu yang diputuskan perempuan berdasarkan hati nurani dan perasaan, sehingga ketika membuat suatu keputusan, pasti sudah dipikirkan dampaknya dihari mendatang, tandas Bunda Lia.
Lebih lanjut, Bunda Lia tokoh Budaya dan Spiritual menjelaskan, salah satu indikator keberhasilan pembangunan diukur dari angka kematian ibu dan anak. Untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu dan anak, maka kita harus memberikan kepercayaan kepada kepemimpinan seorang perempuan untuk mengatasi semua persoalan ini.
Untuk perubahan yang diimpikan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Bantul, maka Hj. Ida Idham Samawi harus memilih wakil yang benar-benar mengerti dan sudah menjadi bagian masyarakat Bantul, yang punya pengaruh luar biasa di lingkungan masyarakat Bantul hingga kepelosok Bantul.
Bagi kebanyakan pemilih di Bantul menilai Hj.Ida Idham Samawi dan masyarakat Bantul harus jeli memilih pasangan yang tepat untuk membawa perubahan. Untuk itu, wajar saja kalau pasangan ini nanti akan membawa Bantul lebih baik.
Untuk mewujudkan perubahan ini, maka Hj. Ida Idham Samawi beserta pasangan nanti harus membawa Bantul lebih dari sekarang. Untuk itu, tak ada pilihan lain, selain, Hj. Ida Idham Samawi kita berikan kepercayaan untuk menjadi Bupati Kabupaten Bantul periode 2010 – 2015.


Thursday, July 9, 2009

Pemimpin Ideal Nusantara


Salam sejahtera bagi kita semua dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT telah terlaksana Pemilu yang aman dan Elegan. Dengan kemenangan pasangan SBY dan Budiono 2009 – 2014. semoga Presiden SBY dan Budiono dapat mengemban tugas sebagai pemimpin dan menjadi amanah rakyat Indonesia karena rakyat tidak untuk main-main. LANJUTKAN ! Semoga atas terpilihnya kembali SBY dan Budiono seluruh rakyat Indonesia bisa makmur dan sejahtera sesuai kinerja serta Visi Misi yang telah disampaikan, bukan hanya mimpi dan sekedar janji yang kami dapat tapi kami butuh BUKTI.
Waktu mengalir setiap saat, bahkan setiap detik.
Keadaan zaman berubah seiring dengan perubahan waktu.
Segalanya berubah, tanpa bisa dibendung. Keadaan keindahan alam sudah bergeser. Ungkapan lama tentang kemakmuran dari sebuah negara pada zaman dahulu, saat ini jangan hanya merupakan suatu cerita belaka.
Gambaran tentang negara yang “Tata titi tentrem, kerta raharja, loh jinawi” sangat jauh dari kenyataan kehidupan saat ini.
Damai dan sejahtera sangat jauh dari benak kita, hanya ada di angan-angan kita. Yang kita hadapi sekarang adalah sebuah kenyataan, alam dan kehidupan yang kejam yang mengintai diri kita setiap saat. Dan kita harus waspada dengan keadaan alam sekitar kita yang mana akan terjadi dengan berbagai bencana terutama kecelakaan udara laut dan darat.
Rakyat harus kita ajak bangkit. Apa arti MERDEKA dari penjajahan bangsa asing secara fisik, tapi belum terbebas dari penjajahan secara ekonomi.
Dan sekarang sedang memasuki fase penjajahan dan pembodohan oleh bangsa sendiri yang disebut pejabat/aparat (mungkin lebih tepat kalau disebut PENJAHAT DAN KEPARAT), apa kita masih bisa bilang MERDEKA bila negara kini memeras rakyat dengan berbagai macam pajak dan pungutan yang tidak jelas buat apa uangnya? Apakah rakyat menikmatinya bila kemiskinan dan kebodohan masih berserakan dimana-mana. Masih pantaskah kita merasa merdeka bila masih terjajah oleh bangsa sendiri, masih pantaskah kita disebut bangsa apabila sesama anak negeri saling tusuk karena suku, ras, agama. Apakah ini yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Mari kita pada hati nurani kita, sudahkah kita MERDEKA?
Sebuah negara, tidak syah jika beberapa unsurnya tidak terpenuhi, yaitu harus memiliki Wilayah, Rakyat dan Tata Aturan yang mengatur kehidupan masyarakatnya.
Rakyat dan Wilayah merupakan hal yang terpenting dalam terbentuknya sebuah negara. Kedua unsur negara ini tidak dapat dipisahkan. Pengelolaan wilayah dan tata aturan hubungan kemasyarakatan, tidak lepas dengan kemakmuran negara dan kebebasan individu. Tata aturan yang dibuat harus disepakati oleh seluruh lapisan masyarakat yang berada dalam wilayah sebuah negara, hal ini yang disebut hukum positif. Dalam skala kecil sebuah negara, katakanlah sebuah Desa, setiap anggota masyarakat harus memiliki sikap “golong-gilig, ajur-ajer” sehingga akan mengkoloid menjadi sebuah sikap yang “labuh-labet”.
Sikap-sikap seperti ini harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa kecuali.
Baik rakyat maupun pamong (pimpinan) sekalipun.
Sikap-sikap tersebut dibutuhkan untuk dapat diciptakan suatu kondisi lingkungan yang aman dan makmur.
Tidak akan terjadi gangguan dan gejolak yang disebabkan gesekan-gesekan diantara warga masyarakat maupun pihak luar.
Kondisi yang stabil semacam ini bisa tercapai jika ada sebuah pimpinan yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat. Presiden terpilih SBY – Budiono telah dipercaya Rakyat untuk meneruskan kepemimpinannya 2009-20014 harus mampu mewujutkan impian rakyat. Hidupkan kembali Dasar Pancasila dan UUD 45 Negara ini. Pilih dengan teliti yang menjadi Menteri- menteri dan akrablah dengan rakyat ingat akan kultur Budaya sendiri dan jangan lupa pada Moyang sendiri jangan meninggalkan Tradisi Bangsa sendiri.
Pemimpin yang lahir dari rakyat dan berpihak kepada rakyat jelata. Nenek moyang kita sejak lama sudah memiliki konsep kepemimpinan, yang dituangkan dalam bentuk dan simbol-simbol alam, yaitu konsep Astha Brata. Dimana konsep tersebut mengisyaratkan bagaimana seharusnya sikap seorang pemimpin yang ideal. Harus memiliki sifat-sifat yang digambarkan dengan simbol-simbol alam. Kita harus mencari seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin, melalui doa dan petunjuk.
Karena Indonesia benar-benar membutuhkan pemimpin.
Yang mana kita jangan sampai salah pilih.
Manusia yang seutuhnya adalah manusia yang selalu dalam CONCIOUSNESS – KESADARAN SUKMO – JIWA, sehingga hidupnya selalu dalam bimbingan dan tuntunan.
Hidup yang demikian adalah hidup yang membiarkan SUKMO-JIWA menjadi NAKHODA TUBUH FISIK.
Dimana otak kanan menerangi otak kiri, bukan sebaliknya.
Inilah yang disebut keseimbangan sejati.
Melalui cara hidup demikian, jaminan keselamatan pasti ditangan.
Manusia satrio sejati seperti inilah yang dipilih untuk jadi pemimpin dan pejabat-pejabat negara yang akan mampu membawa Nusantara jadi Oboring Jagad.
Kondisi negara kita saat ini sangatlah terpuruk.
Upaya-upaya perbaikan hanyalah celotehan para politikus belaka. Realisasinya hanyalah merupakan dongeng pengantar tidur saja. Janji-janji para pemimpin (legislatif dan eksekutif) tidak pernah terwujud seutuhnya. Lalu rakyat yang mana yang dibela?
Saya teringat tembang pasemon berupa tembang pocung :

Bapak pocung
Cangkem mu madhep mandhuwur
Sabamu ing sendhang
Pencokanmu ing lambung kèring
Ulap-ulap si pocung mutahku aya

Kita mudah menebak apa yang dimaksud oleh tembang pocung tadi, yaitu sebuah klenthing atau jun, yang digunakan untuk mengambil air oleh masyarakat kita pada zaman dahulu.
Namun makna yang tersirat dari tembang pocung itu masih sulit untuk ditangkap. Itulah gambaran para politikus kita saat ini. Saya teringat kembali pada ungkapan lama yang tertulis pada kitab kuno “Niti Sruti” yang bunyinya :
“Jun iku yên lokak kocak
Bisané mênêng lan antêng, yèn kêbak”

Ungkapan pada bait pertama inilah yang harus kita kikis, jangan sampai para politikus berperilaku seperti ungkapan tersebut. Tetapi hendaknya mengikuti apa yang diisyaratkan seperti pada bait kedua. Jika tidak mampu memenuhi sikap-sikap seperti bait kedua, maka akan timbul ekses yang sangat menghancurkan, yaitu malah akan memiliki watak yang “Adigang adigung adiguna adimumpung”. Adigang adalah Wigang, disimbolkan sebagai “KIDANG” atau kijang, seekor binatang yang sangat molek, lincah, gesit dan memikat hati, namun pandai mengelabui, seolah-olah jinak. Adigung adalah Wigung, disimbolkan sebagai binatang “GAJAH”, seekor binatang yang sangat besar dan kuat. Namun dengan kekuatannya yang besar kadang-kadang menginjak-injak dan menindas yang lemah. Adiguna adalah kepandaian, kecerdasan. Namun berkonotasi negatif.
Bisa diartikan sebagai kelicikan, karena kepandaian yang dimiliki selalu digunakan untuk membodohi orang lain, sehingga akan muncul sifat yang sewenang-wenang. Adimumpung, dapat diartikan mumpung menjadi orang penting sehingga sewenang-wenang dan menghalalkan segala cara.
Kita tidak pernah berharap mempunyai pemimpin yang memiliki sifat seperti ini.
Kemerdekaan individu, dibatasi oleh kemerdekan individu lainnya. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Setiap orang memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sehingga hak-hak individu harus saling dihormati.
Dan yang jelas kita harus mempertahankan keutuhan NKRI apapun resikonya, kami percayakan Nusantara tetap Jaya dengan dasar Pancasila dan UUD 45. kalau benar-benar kita laksanakan dengan murni dan konsekuen niscaya tidak ada bangsa kita yang durhaka terhadap bangsa dan mengingat nenek moyang kita. Mungkin keadaan yang carut marut saat ini adalah bagian dari cobaan dari Yang Maha Kuasa. Mungkin kita lupa bersyukur dan lupa berterima kasih kepada alam dimana kita tinggal. Bumi yang sudah menghidupi kita, alam yang telah menyediakan segalanya untuk keperluan hidup kita. Sedekah Bumi, Ruwat Bumi Pertiwi. Disini letak kunci negara republik indonesia yang kita cintai pasti sekali merdeka tetap merdeka.
Hayu hayu hayu... Niskala.
Kami sangat ingin dan sangat gandrung kemerdekaan lahir batin, semoga terwujud cita-cita bangsa indonesia dan mendapatkan pemimpin yang benar-benar sesuai dengan harapan nusantara. Terbasuhnya kala bumi dan kita tajamkan budi pekerti kita, pemimpin dan rakyatnya. Kita do’akan bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Budiono agar dapat Meneruskan memimpin Rakyat Indonesia dengan adil dan bijaksana. Merdeka !!!

Angka 8 Wuku Wayang dengan Harapan Perubahannya

11 Juli 2009
PRESS RELEASE
Bunda Lia Hermin Putri
Pimpinan Sanggar Supranatural “Songgo Buwono”


Dengan ketidak munculan Sultan Hamengku Buwono X dalam pemilu 2009-2014 Pemilu 2009 adalah karena Sasmita dan tanggapnya seorang Raja yang betul-betul tanggap dalam olah batin dengan tingkat tinggi dalam olah spiritual beliau. Wahyu atau Pulung Kraton adalah milik Sang Pencipta yang tidak dibuat main-main. Jadi seorang satrio sejati itu sulit dan benar-benar harus dijunjung tinggi. Sultan Hamengku Buwono X adalah milik rakyat dan dan untuk rakyat. Sultan sendiri adalah Trahing Kusumo Rembesing Madu yang harus tetap harum namanya diseluruh Negri juga mata dunia, legowo, santun tutur katanya, penuh wibawa, dan selalu memberi kesejahteraan, ngayomi, ngeyemi bagi Rakyatnya. Apa bila Sultan Hamengku Buwono X jadi Presiden mau minta Restu pada siapa? Sedang Beliau selalu dimintai Restu bagi calon RI I. Jadi ketidak munculan Sultan Hamengku Buwono X karena sasmita dan tanggapnya beliau dalam olah rasa dengan tingkat tinggi, dan ketidak munculan Sultan HB X dalam pemilu jangan membuat kecewa bagi pendukung berat beliau, semua ini harus kita hargai karena petunjuk dan tajamnya mata batin Sultan HB X dalam olah rasa. Beliau sendiri tidak mau rebutan balung tanpo sumsum, kekuasaan dan kedudukan tidak untuk dipertaruhkan dan diperebutkan. Seperti pedagang saja.
Pemilu pelaksanaannya hari Rabo Paing tanggal 8 Juli 2009 wuku Wayang. Tampak jelas sekali dengan pertimbangan dan berbagai spekulasi politis tentu adamotif. Begitu pula dengan prediksi mistis. Sejumlah paranormal menjelaskan dan memutuskan, Bunda Lia mencoba menyingkap misteri di balik jadwal pelaksanaan pemilu tersebut. Pemilu di Indonesia, dalam perspektif budaya-spiritual Nusantara bukan sekedar pesta demokrasi yang bertujuan mencari calon pemimpin. Tapi lebih jelasnya adalah sebuah pertarungan mistis dari perebutan wahyu keprabon. Memang sulit untuk mengingkari fakta dan kenyataan ini, karena seringkali ditemui kesaksian dari sejumlah warga dan paranormal atau kyai yang mengaku pernah dimintai restu atau bantuannya untuk menarik wahyu itu. Ada sebagian orang, barangkali dimensi mistis hanya cuma dianggap mitos belaka. Tetapi, kenyataannya demikianlah sejarah bangsa ini telah membuktikan, sejak presiden pertama RI, Soekarno dan presiden kedua RI, Soeharto. Terlebih, ketika jadwal pemilu yang telah ditetapkan akan dilaksanakan tanggal 8 Juli 2009. Bagi para waskita, waktu atau tanggal tak sekedar ditentukan dengan pertimbangan logis. Tapi, juga pertimbangan mistis. Bagaimana pun, sebuah hajatan besar di Nusantara, selalu dicarikan waktu berdasarkan primbon, petung dhina atau perhitungan hari menurut kepercayaan Jawa dan semacamnya. Perubahan jadwal pemilu tanggal 9 April 2009 berubah menjadi tanggal 8 Juli 2009, sontak meletikkan dugaan mistis terkait upaya SBY meraih wahyu kerpabon lagi.
Bunda Lia Pimpinan Songgo Buwono Jogyakarta, paranormal yang sudah tak asing di jagat Nusantara mengatakan, sebuah angka dalam kepercayaan Jawa memiliki makna. Angka 8 sebagai wuku Wayang dan Naga hari, bulan, taun, pas dengan keberuntungan SBY bisa bermakna kejayaan.
Soekarno dipercaya memiliki berbagai piandel, ilmu jaya kawijayan tingkat tinggi. Kharisma dan kewibawaan beliau mampu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dari beragam suku, sehingga tercipta kesatuan dan persatuan bangsa yang kuat. Dengan kelebihan seorang Soekarno yang dicintai rakyatnya sehingga NKRI bisa terwujud tapi sekarang nyaris punah. Dan ketika beliau wafat, Soekarno masih diagungkan jasa dan pamor atau aura gaibnya yang sangat luar biasa. Tak jarang makam beliau pun menjadi tempat yang dikeramatkan dan banyak pesiarah yang datang untuk berolah batin-meditasi. Masa kepemimpinan Soekarno 22 tahun lamanya (17 Agustus 1945-12 Maret 1967), Beliau telah melekat dihati rakyat dan reputasinya tak terukur dari kesuksesan memimpin Bangsa Indonesia dan membuat segan bangsa lain itulah sosok Soekarno yang wajib dicontoh sebagai seorang Presiden.
Demikian juga tak kalah menarik dengan sosok Soeharto. Presiden kedua RI ini kisahnya bahkan masih hangat. Berbagai kesaksian dari para juru kunci, kyai dan paranormal banyak mengungkap laku tirakat Soeharto dalam usahanya mencapai dan mempertahankan wahyu keprabon presiden. Dengan berbagai kesalahan dalam sepak terjang Soeharto yang lebih tepat disebut kekurangan yang manusiawi, jutaan rakyat Indonesia tetap berkabung dan ikut mendoakan arwahnya ketika meninggal. Sama halnya dengan Soekarno, mendiang pak Harto juga menjabat presiden dalam waktu yang lama, sejak 12 Maret 1967- 21 Mei 1998, kurang lebih selama 31 tahun. Jagat Nusantara percaya, kedua tokoh ini mampu berkuasa selama itu karena dinaungi wahyu keprabon dan olah batin yang kuat tidak meninggalkan tradisi budaya nenek moyang kita.
Bagaimana dengan presiden pasca Soeharto? Inilah yang sedang menjadi pengamatan banyak pihak. Susilo Bambang Yudhoyono menjadi pusat perhatian jagat spiritualis begitu memegang tampuk kepresidenan. Presiden ke-7 RI ini juga tentu tak luput dari kisah perburuan wahyu kepresidenan baik secara terang-terangan maupun utusan atau suka rela spiritual yang simpati pada SBY tanpa menunggu utusan datang dari SBY melakukan olah rasa untuk mendudukkan kembali SBY dalam Istana kepresidenan . Meski disebut hanya melalui perantara, atau tanpa perantara pada kenyataannya SBY mampu menduduki Istana Negara kembali menduduki sebagai Presiden RI ke-7. Alhamdulillah Songgo Buwono beberapa bulan yang lalu kembali meyakini, SBY masih kembanan wahyu keprabon. Menjelang pemilu 2009 hingga SBY duduk kembali, kiprah SBY kembali menjadi perhatian jagat supranatural. Dan tinggal melaksanakan Tasyakuran atas keberhasilan SBY. Apabila tidak ada halangan Songgo Buwono akan melaksanakan gelar Doa bersama atas duduknya Kembali SBY ke kursi Presiden RI pada waktu dekat ini setelah pelantikan jabatan SBY. Untuk hal ini Bunda Lia menghimbau kepada seluruh pendukung agar legowo atas kemenangan SBY. Dan jangan membuat ricuh dan keruh suasana karena kita masih akan menghadapi berbagai bencana alangkah baiknya kita gunakan untuk berdo’a dan memohon petunjuk pada YME agar terhindar dari mara bahaya yang belum usai dan masih akan terus berlanjut.
Bunda Lia Pimpinan Songgo Buwono Jogyakarta, paranormal yang sudah tak asing di jagat Nusantara mengatakan, sebuah angka dalam kepercayaan Jawa memiliki makna. Angka 8 sebagai wuku Wayang dan Naga hari, bulan, taun, pas dengan keberuntungan SBY bisa bermakna kejayaan maksimal. “Jika angka ini (delapan-red) diperlakukan khusus, pasti ada maksudnya. Semisal, dijadikan hari baik yang diharapkan memberikan keberuntungan besar bagi SBY”, Sedangkan angka 8 merupakan lambang delapan penjuru mata angin. Di Bali hal ini dilambangkan dengan apa yang kita kenal dengan “Sad Kahyangan Jagad”. Artinya dalam kejadian ini delapan kekuatan dewa-dewa menyatu, menyambut dan menghantarkan Sang Hyang Ismoyo (Sabdo Palon) untuk turun ke bumi. Di dalam kawruh Jawa, Sang Hyang Ismoyo adalah sosok dewa yang dihormati oleh seluruh dewa-dewa. Dan Wuku Wayang Gunung di sini melambangkan hakekat tempat atau sarana turunnya dewa ke bumi (menitis).ujar Bunda Lia.
Bunda Lia mengupas, semakin kuat ketika mencermati angka delapan yang ternyata juga merupakan angka mujur bagi SBY. Tanggal lahir SBY tanggal 9 September 1949. Angka 8 dan 9 berurutan. Belakangan, pemilu juga diundur pelaksanannya pada tanggal 8. Menurut Bunda Lia, bagi SBY angka 8 bisa dimaknai sebagai harapan akan bangkitnya perekonomian dan kemenangan SBY dalam pemilu 2009 nanti. Angka 8 juga berhubungan dengan angka keramat, “Ini merupakan simbol kejayaan maksimal. Sedang tanggal 9 kelahiran SBY dalam Kitab Al-quran, angka 9 juga memiliki arti khusus dan istimewa”, tegasnya.
Namun demikian, Bunda Lia mencatat beberapa peristiwa besar terkait naiknya SBY menjadi presiden di tahun 2004 itu. Bencana tsunami terjadi pada tahun pemerintahannya. Begitu pula gempa tektonik di kabupaten Bantul, Jogjakarta. Jika melihat hari pada tanggal 8 Juli 2009, yakni hari Rabu Paing, menurut Bunda Lia, harapan perubahan ekonomi tegasnya.
Dua kemungkinan yang tetap bisa terjadi meski sudah diupayakan dengan memilih hari baik itu, lanjut Bunda Lia, menjadi ranah di mana karomah negara akan berperan. Artinya, pada garis dua kemungkinan itulah faktor wahyu keprabon yang menurut Bunda Lia lebih tepat disebut karomah atau mahkota negara itu yang akan menentukan baik buruknya keadaan pasca terpilihnya presiden nanti. “Bila pemerintahan SBY - Budiono mendatang dinaungi wahyu, bangsa ini akan segera bangkit dari keterpurukan.”, jelasnya.
Dua kemungkinan itu, wahyu keprabon baru nitik SBY belum Nitis jadi kalau sampai SBY – Budiono lengah dalam olah rasa dan Spiritual ..... lanjut Bunda Lia, dimungkinkan wahyu mahkota negara dapat saja oncat atau pergi, karena entah akan terjadi apa nanti di tahun 2011, untuk itu SBY dan Budiono harus waspada tanggap dan tajam ing sasmita, hanya dengan laku ritual tertentulah SBY atau Budiono dapat melewati tahun yang menurut mata spiritual rawan. Harapan kami yang penting Presiden dan Wakil tidak melupakan Kultur Budaya dan Tradisi Jawa. Jika Presiden nanti mendapat karomah dengan sebuah laku, padahal sebenarnya tidak layak, karena mahkota negara justru akan menimbulkan bencana sebagai tumbal. Karena itu, Bunda Lia mengingatkan, untuk SBY dan Budiono yang menjadi pemimpin di negeri ini, harus memahami keagungan karomah negara berikut resiko besarnya. Yang pasti dan utama berbaurlah kepada rakyat dan junjung tinggi Leluhur dan tradisi Jawa hidupkan kembali Budaya leluhur.

Monday, January 26, 2009

Prediksi Masa Depan Indonesia Menyingkap Takbir Keghaiban Kasekten untuk Kepemimpinan


Press Release
Bunda Lia Hermin Putri
Sanggar Supranatural “Songgo Buwono"
Yogyakarta.
Kasekten untuk kepemimpinan


Kekuasaan dalam budaya Jawa yang terangkum dalam istilah Kasekten.
Contoh apa bila kesaktian Raja masih Jaya, seluruh tatanan kosmin berputar secara teratur mengelilinginya. Tetapi disayangkan Kasekten Raja sekarang telah memudar, alampun turut terkena dampaknya, keteraturan alam dan masyarakat juga ikut kendor, dampaknya berbagai bencana alam serta gejolak sosial.

Kesaktian penguasa akan tetap berada dalam kejayaannya selama ia mengikuti etika – kekuasaan, dengan menjalankan kekuasaan tersebut demi kepentingan seluruh alam.
Namun bila penguasa telah terjangkiti pamrih, kehendak untuk memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan sendiri, keluarga atau pihak-pihak tertentu, kesaktianya akan luntur.

Lazimnya para penguasa yang mulai merosot kekuasaannya, ditandai bergolaknya alam dan masyarakat, dan berlindung berbagai simbul dan slogan dari nilai-nilai luhur budaya Bangsa yang menjadi idiom bersama masyarakat.
Penyelesaian ini, meski relatif dapat meredam gejolak sosial, tidak mampu berbuat banyak terhadap bencana yang bersifat alami.

Apakah yang harus dilakukan jika kutukan zaman datang seperti yang kita alami sekarang ini? Meskipun ia mampu mengungkapkan berbagai kejadian yang mengindikasikan datangnya kutukan zaman, namun tidak memberikan suatu jalan penyelesaian yang konklusif.
Maka apakah kita tidak segera Eling, Waspada, dan Sabar.

Sikap Eling adalah selalu ingat akan jati dirinya adalah mahkluk spiritual, dan mendorong untuk selalu berpegang kepada spiritualitas yang tidak lain adalah inti dirinya yang terdalam. Sikap Waspada mengingatkan dorongan nafsu kearah tepi lingkaran eksistensi selalu ada disetiap sudut kehidupan sehingga kewaspadaan wajib dijaga. Sedang Sikap Sabar mendorong manusia untuk menghayati sikap kewaspadaan untuk dapat menanggulangi bahaya nafsu diperlukan pengorbanan, karena kejahatan tidak cukup dengan niat baik. Menyingkap tabir kegaiban suatu tanda gerak jaman yang penuh bahaya – kesusahan bagai utusan TUHAN yang mengabarkan datangnya penderitaan ke bumi.
Maratabat Negara tampak tetapi tanpa rupa, rusak tercambik-cambik. Hukum dan aturan diinjak-injak tidak ada lagi teladan yang bijak.
Matahari kehidupan bangsa Indonesia seakan hampir padam dunia kini telah penuh bencana. Ditambah kebodohan akal disaat tergoleknya Mantan Presiden Soeharto yang waktu itu beberapa hari berbaring di RS Pertamina, ditengok oleh berbagai kalangan baik pejabat, pengusaha, spiritual dan masih ada yang lain yang ingin tau keadaan Bpk. Soeharto waktu itu. Namun semua yang membesok konon ingin diwarisi Kasekten / Wahyu / sesuatu yang ada pada diri Bapak Soeharto, aneh memang kedengaranya karena yang namanya Wahyu itu tidak perlu di kejar atau diburu kalau memang seseorang dikehendaki oleh Allah dan Alam wahyu pasti akan datang pada orang tersebut dengan sendirinya.

Telah kita ketahui di Era sekarang ini masyarakat lebih cenderung kepada pola kehidupan modern yang mengedepankan Demokrasi ala barat. Dimana sesungguhnya, Demokrasi kita yang kita jalankan sekarang ini merupakan asupan dari kultur luar. Sesungguhnya Indonesia memiliki pola Demokrasi sendiri yakni dengan pola Musyawarah Untuk Mencapai Mufakat, musyawarah telah tercantum pada Pancasila tetapi dalam beberapa decade setelah lengsernya Pak Harto Pancasila tidak lagi tampak apalagi Budaya kita. Demokrasi yang ada sekarang ini merupakan Demokrasi yang memancing ego dan ambisi dipenuhi dengan emosional kelompok, bahkan perseorangan. Sehingga Demokrasi tersebut hanya menghasilkan saripati Emosional. Dampaknya adalah kutukan zaman yang nantinya akan menambah kerusuhan silih berganti nafsu angkara murka dimana-mana. Manusia akan menjadi gundah merajam jiwa, malu yang tak terobati berbagai fitnah dan intrik dating seakan menghibur dan bermanis muka menyanjung segala puji dari pihak luar, padahal semua itu hanyalah siasat menikam diri Bangsa apabila tidak kita waspadai mulai dari sekarang. Ada baiknya kita kembali pada kultur kita sendiri “Bermusyawarah Untuk Mencapai Mufakat”

Gossip dan rumor menyebar bagai angin membawa berita janji muluk, pangkat, drajat, kedudukan, namun semua hanyalah bualan janji kosong para calon yang ingin KURSI . Padahal jika kita cerna jadi pejabat untuk apa ? bila hanya menanam benih dosa disiram air lupa diri hanya akan berbunga bencana. Dosa dibuat permainan, apa bumi ini milik sang penguasa? Apa sudah melupakan asal usulnya? Lupa pada Yang Maha Esa?
Kini zaman sedang kena musibah, yang dapat dijadikan teladan menimbang yang baik dan keburukan pasti tidak akan pernah kurang. Dan bersiap untuk menerima segala putusan takdir dunia yang makin ruwet ini menurut padangan spiritual, jika masyarakat selalu mengalami gejolak dan mengedepankan keangkaramurkaan, maka alam-pun akan membalas bergejolak. Karena hal ini pengaruh hawa keangkara murkaan manusia yang lupa jatidirinya. Namun bila kita kembali pada jati diri kita, dimana seorang pemimpin yang menurut kultur Jawa memiliki karakter Tutur, Sembur, Uwur maka rakyatpun tidak akan gelisah. Jika Masyarakat tentram maka energi positif yang akan terpancar kembali Bangsa Indonesia, alam-pun akan memanjakan masyarakat kembali menjadi gemah ripah loh jinawi. Seperti yang terjadi sekarang ini kami menilai Bangsa kita sudah kehilangan Buku Sucinya. Yang saya maksut dengan “Buku Suci” disini adalah “Kitab Tanpa Tulis “ inilah yang dinamakan Kasekten. “Kitab Tanpa Tulis yakni getar hati nurani yang lembut, yang merekam suara kebenaran”. Dan kita harus menemukanya kembali “Buku Suci” itu. Dimana ??? yah ….dihati sanubari kita yang paling dalam.
Lalu siapa yang disebut orang sakti? Orang sakti adalah orang yang telah berhasil mengalahkan musuh besarnya, yakni hawa nafsunya sendiri.

Dalam filosofi “ Hamemayu Hayuning Bawono “ terkandung dalam misi Tri Satya Brata : Hamengku Nagara, Hamengku Budi dan Hamengku Buwana, yang artinya Hamengku Nagara karena Tuhan menciptakan Bumi kita hidup di bumi dan beraneka ragam suku, agama, golongan sehingga dibutuhkan satu pemerintahan yang mengatur agar manusia tidak saling silang antar manusianya. Hamengku Bumi sebagai lingkungan alam kita wajib melestarikan karena bumi sebagai sumber alam. Hamengku Buwono, menjadi kewajiban manusia yang lebih luas dalam mengakui, menjaga, dan memelihara seluruh isi alam semesta. Memasuh Malaning Bumi, Mangasah Mingising Budi. Keharmonisan alam lingkungan.

Sifat atau Watak Seorang Pemimpin yang patut kita pilih dan akan menjadi Pemimpin, apabila orang tersebut memiliki sifat atau watak sebagaimana yang terdapat di dalam kitab Wahyu Astha Brata didalam Sarga XXIV dari wejangan Ramayana kepada Gunawan Wibisono, juga Sri Kresno kepada Arjuna dalam “Bhagawat Gitta “ Diterangkan bahwa seorang yang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin atau Raja adalah dalam jiwanya terdapat 8 (delapan ) macam sifat alam. Kewajiban seorang Pemimpin harus selalu mencerminkan sifat dan sikap :
Lebih lanjut diterangkan oleh Bunda Lia, bahwa dalam kitab Wahyu Astha Brata menerangkan bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin atau raja di dalam jiwanya telah memiliki 8 (delapan) macam Sifat Alam, Hukum Alam (Sunnatullah) atau 8 (delapan) macam watak-watak Kekuatan Alam, adapun 8 (delapan) watak-watak Alam tersebut adalah:

1. Watak Matahari atau Dewa Surya
Menghisap air dengan sifat panas secara perlahan serta memberi sarana hidup. Pemimpin harus selalu mencerminkan sifat dan sikap semangat kehidupan dan energi untuk mencapai tujuan dengan didasari pikiran yang matang dan teliti serta pertimbangan baik buruknya juga kesabaran dan kehati-hatian.


2. Watak Bulan atau Dewa Chandra
Yang memberi kesenangan dan penerangan dengan sinarnya yang lembut. Seorang pemimpin bertindak halus dengan penuh kasih sayang dengan tidak meninggalkan kedewasaannya.

3. Watak Bintang atau Dewa Yama

Yang indah dan terang sebagai perhiasan dan yang menjadi pedoman dan bertanggung jawab atas keamanan anak buah, wilayah kekuasaannya.

4. Watak Angin atau Dewa Bayu

Yang mengisi tiap ruang kosong. Pemimpin mengetahui dan menanggapi keadaan negeri dan seluruh rakyat secara teliti.

5. Watak Mendung atau Dewa Indra Yang menakutkan (berwibawa) tetapi kemudian memberikan manfaat dan menghidupkan, maka pemimpin harus berwibawa murah hati dan dalam tindakannya bermanfaat bagi anak buahnya.

6. Watak Api atau Dewa Agni

Yang mempunyai sifat tegak, dapat membakar dan membinasakan lawan. Pemimpin harus berani dan tegas serta adil, mempunyai prinsip sendiri, tegak dengan berpijak pada kebenaran dan kesucian hati.

7. Watak Samudra atau Dewa Baruna

Sebagai simbol kekuatan yang mengikat. Pemimpin harus mampu menggunakan kekuatan dan kekuasaannya untuk menjaga keseluruhan dan keutuhan rakyat serta melindungi rakyat dari segala kekuatan lain yang mengganggu ketentraman dan keamanan secara luas dan merata.

8. Watak Bumi atau Watak Kekayaan atau Dewa Kuwera
Yang sentosa, makmur dengan kesucian rohani dan jasmani. Pemimpin harus mampu mengendalikan dirinya karena harus memperhatikan rakyat, yang memerlukan bantuan yang mencerminkan sentosa budi pekertinya dan kejujuran terhadap kenyataan yang ada.

Lebih lanjut disampaikan oleh Bunda Lia, bahwa orang memiliki sifat dan watak 8 (delapan) sifat alam tersebut jumlahnya cukup banyak, karena orang tersebut merupakan perwakilan dari 1000 (seribu) orang, artinya tiap seribu orang yang lahir, akan dilahirkan seorang calon pemimpin diantara mereka, semangkin besar sifat dan watak alam yang melekat pada dirinya, maka semangkin tinggi pula kedudukan yang dapat diraihnya.

Dosa kok diperjual belikan

Press Release
Bunda Lia Hermin Putri
Hp.08125999929




Syukur Alhamdullillah, Allah telah memberikan kita negeri yang subur.
Negeri agraris yang sempat membuat bangsa-bangsa lain menjadi iri akan alam yang gemah ripah loh jinawi ini.
Namun perlu dicermati, suburnya alam kita, kayanya alam kita juga telah menina bobokan kita.
Pada akhirnya muncul kenistaan kita terhadap sang Khaliq.
Saya menganggap ini suatu kenistaan, karena kita tak mau mengelola apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Kita juga tak dapat merawatnya dengan baik.
Hingga bangsa ini-pun kedepan bakal mati kelaparan di lumbung padi…. Inilah bentuk kenistaan yang kami maksud.
Kita juga hanya berkecap bangga, namun kita tidak mau berjuang untuk merumat apa yang telah diberikan-Nya.
Astaghfirullah…. Ma’afkanlah dosa dan kesalahan kami Ya Allah.
Ikqra….. – Bacalah --. Demikian Allah memberikan wahyu pertamanya Kepada Rosullulah SAW.
Ini jelas pula maksud yang terkandung di dalam kalimat tersebut. Kita harus jeli membaca alam, kita harus jeli membaca situasi, kita juga harus jeli membaca potensi yang ada di diri kita, dilingkungan kita, di Negri kita, bahkan di seluruh jagad raya ini.
Memang hal ini tidak mudah dilakukan.
Butuh pembelajaran, butuh ketelatenan untuk membaca apa yang telah diperlihatkan-Nya oleh Allah SWT…….

Demikian pula di saat sekarang ini, dimana negeri kita mengalami krisis kepemimpinan. Sebagai masyarakat, warga Negara Indonesia yang bertanggung jawab atas nasib bangsa kedepan, kita harus jeli pula dalam memilih seorang pemimpin.
Karena secara demokrasi, Rakyat menjadi penentu atas siapa yang akan dijadikan sebagai pemimpinnya.
Namun secara filosofis, bukan hanya kemenangan demokrasi yang akan menempatkan manusia menjadi seorang pemimpin.
Butuh beberapa faktor lain yang harus dimiliki agar seseorang bisa menjadi pemimpin sejati.

Jika seorang pemimpin merasa lahir hanya karena kemenangan secara demokrasi, niscaya akan tumbuh pula keangkaramurkaan pada dirinya.
Dia akan melebihi Raja yang dictator, Raja yang otoriter dan merasa memiliki kekuasan yang absolut, tanpa memikirkan hak rakyatnya.
Disinilah dibutuhkan kejelian masyarakat dalam memilih seorang pemimpin. Jangan sampai kita terjebak oleh janji-janji manis tanpa bukti, jangan pula kita dapat disogok hanya untuk mengangkat “derajat” mereka, yang kemudian jika dia telah menduduki kursi kekuasaan, malah menginjak-injak kita. Dan menambah dosa… sebab apa? Dosa di Negara ini sudah diperjual belikan.
Ini karena dia merasa kekuasaan yang didapat merupakan ‘barang dagangan’ yang sudah dibelinya dari rakyat dengan bayaran uang sogokan yang tidak seberapa, serta ucapan janji-janji busuk saat kampanye.
Sungguh itu merupakan perbuatan yang dzolim.

Fiman Allah SWT dalam Al Qur’an surat : Al a’raf ayat :129

Qalu uzina min qabli an ta’tiyana wa mim ba’di ma ja’tana, qala ‘asa rabbukum ay-yuhlika’aduwwa kum wa yastakhlifakun fil –ardi fa yanzura kaifa ta’malun.

Artinya :
Kaum Musa berkata : “ Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu dating kepada kami dan sesudah kamu datang” Musa menjawab : “ Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu Khalifah di bumi (NYA) maka Allah SWT akan melihat bagaimana perbuatanmu.

Allah SWT tidak menyukai pemimpin yang Dzolim, yang menyengsarakan rakyatnya. Jika terjadi hal demikian, bukan hanya sang pemimimpin tadi yang dzolim, kita juga termasuk orang-orang yang telah menzolimi diri kita sendiri, sebab kita telah memilih pemimpin hanya karena uang sogokan, bukan karena sikap, sifat, serta segala kebaikan yang tercermin pada calon pemimpin yang akan kita pilih. “Ingat….. salah pilih akan berakibat fatal…”

Yang menjijikan lagi…, setelah dia terpilih menjadi pemimpin, dia hanya merasa kalau kepemimpinannya itu hanyalah hasil dari demokrasi yang diciptakan manusia. --- “Saya ada di kursi kepemimpinan ini lantaran dipilih oleh rakyat” --- katanya. Hanya itu yang menjadi kebanggaan atas kemenangannya. Dia lupa…., kalau setiap pemimpin kaum, golongan apalagi pemimpin bangsa, adalah Rahmat sekaligus cobaan besar yang diberikan Allah kepadanya.
Sementara demokrasi hanyalah sebagai lantaran atau jalan untuk menuju ke arah itu.

Firman Allah SWT: Surat : Shaad, Ayat 26

Ya Dawudu inna ja’alnaka khalifatan fil-ardi fahkum bainan-nasi bil-haqqi wala tattabi’il- hawa fa yudillaka ‘an sabillillah, innallazina yadilluna bima nasu yaumal- hisab.

Artinya :
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu Khalifah (Penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (Perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengukuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Al;lah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Maka mari kita pilih pemimpin yang benar, gunakan nurani kita diatas akal kita. Pilihlah pemimpin yang memiliki tutur - sembur – uwur agar dapat menjadi pemimpin yang adil bagi rakyatnya, yang mengerti akan kebutuhan rakyat kecil, bukanlah pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompok saja.

Saudara-saudaraku sekalian……. Mari kita merenung, berdo’a, serta ber-introspeksi diri, apa yang harus kita lakukan untuk melangkah kedepan agar bangsa ini terbebas dari penjajahan nuraniah, agar kita lolos dari kepemerintahan yang sewenang-wenang, agar kita tak mati di lumbung padi.

Jelas ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Sekali lagi saya katakan. ……… kita harus berani bersikap dalam menentukan siapa yang patut menjadi pemimpin Bangsa ini atau daerah sekalipun.
Kita harus tulus ikhlas memohon kepada Allah, agar Allah memberikan kepada kita petunjuk seorang pemimpin yang Jujur berkeadilan, pemimpin yang tegas bermartabat.
Pemimpin yang benar-benar berjiwa kepemimpinan.
Bukan hanya pemimpin yang lahir karena demokrasi di luar kandungan Ibu Pertiwi. Subahanallah…. Hanya Engkau yang maha tahu atas apa yang kami butuhkan. Ya Allah …………

Sudah menjadi kelemahan manusia memang, ketika telah diberikan rahmatan…, tamak, serakah serta kelalaian lainnya akan mengikuti.
Lagi-lagi kita harus mengingat kata “Iqra” – Bacalah –
Kita harus bisa membaca dan merasakan apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.
Jika kita berani dan mau membaca, kemudian merasakan apa yang telah diberikan, maka rasa tamak, serakah, serta hal lain yang membuat kita merugi akan terlupakan.
Yang ada hanya rasa syukur, sabar serta berusaha untuk menjadi lebih baik.
Dalam Falsafah jawa mengatakan “Mulat Sariro Hangroso Wani”. Secara harfiah yang artinya “ Sebagai hamba Allah kita harus selalu ber- Intropeksi diri, mawas diri supaya kita tidak tergelincir dijalan yang sesat”

Ini….., hal ini yang harus dijadikan kata kunci bagi kita.
Terlebih bagi seorang pemimpin yang jelas-jelas memikul nasib orang banyak.
Introspeksi diri merupakan benteng kukuh yang bisa menyelamatkan segalanya.

Berbicara tentang sosok kepemimpinan, saya jadi ingat seorang pemimpin besar Jenderal Sudirman.
Berlatar belakang seorang guru, Pak Dirman juga mampu bersikap sebagai ‘Tentara Perkasa” yang memiliki komitmen atas nasib bangsa ke depan. Walau kala itu beliu dalam kondisi sakit, namun tetap memimpin perang di medan laga tidak perduli mesti di tandu.
Hal ini bisa dijadikan sebagai inspirasi dan dan contoh kita betapa mulianya jasa dan penjuangan Jendral Sudirman.
Semangat kebangsaan Pak Dirman sebagai pemimpin tak surut oleh apapun.
Kemerdekaan bangsa ini tetap menjadi perioritas utama ketimbang kesehatan dirinya sendiri. Hanya ada satu tujuan, yakni menuju Bangsa Indonesia Merdeka, lepas dari segala macam bentuk penjajahan.
Baik bentuk penjajahan per-ekonomian, penjajahan nurani maupun aqidah.
Tetapi apa yang kita jumpai sekarang ini - apa???

Yang menjadi pertanyaan mengapa Orang Islam tidak dapat bersatu?
Agaknya di tahun 2009, bumi pertiwi masih dirundung malang.
Bencana demi bencana masih dialaminya.
Selain dampak dari pemanasan global, faktor moralitas juga mendominasi terjadinya petaka.
Berkaitan dengan pemanasan global, masyarakat dunia telah mencapai kesepakatan (walau belum memuaskan), dimana negara maju sepakat akan memberikan kompensasi atas dampak teknologi yang berpengaruh buruk terhadap kondisi alam semesta.
Nilai kompensasi yang kurang memadai ini juga akan bertambah sia-sia jika penggunaannya tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Lepas dari bencana alam, tingkat moralitas yang rendah juga akan menyeret bangsa ini ke sisi yang gelap. Wilayah Indonesia Bagian Timur akan digerogoti dengan gejolak masyarakat yang kian dahsat.
Demo besar-besaran bakal terjadi di wilayah itu. Demonstrasi terjadi dikarenakan kekuatan isu politik yang dihembuskan pihak ketiga yang sengaja ingin menciptakan suasana keruh di Indonesia Bagian Timur.
Yang lebih mengerikan lagi, Agama masih dijadikan komoditi unggulan pihak ketiga dalam upaya memecah belah bangsa ini. Kali ini upaya pemecah belahan Agama Islam gencar dilakukan.

Gerakan-gerakan tersebut mendiaspora di mana-mana.
73 golongan akan ‘diadu’ dan ego-nya dipancing mengakui bahwa golongannya adalah aliran yang benar dan terbaik.
Kemudian mereka menuding kelompok lain sebagai aliran sesat.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya berpendapat, Islam yang benar adalah Islam yang tidak mau di pecah belahkan.
Jangan terpancing atas isu pemecah belahan tersebut.
Kendalikan emosi serta hilangkan sifat ego kelompok atau golongan.

Jelas, permasalahan ini berkait erat dengan tingkat keimanan kita kepada sang khalik. Apapun golongan atau alirannya, Islam telah memiliki aqidah baku dan berinti kepada cinta kasih kepada sesama, serta mengakui akan ke-Esaan Allah SWT.
Maka mari kita cari seorang pemimpin yang dapat menjadi panutan yang dapat menjadi Imam yang baik bagi kita semua, bagi anak cucu kita dan tunas-tunas Bangsa nantinya. Seperti pepatah Jawa mengatakan
Ing ngarso sung tulodho ( pimpinan itu apa bila didepan harus dapat memberi contoh )
ing madyo mangun karso ( bila sedang ditengah membangun semangat dan dapat menjadi penengah )
tut wuri handayani ( apa bila dibelakang memberi dukungan dan dapat mendorong semangat untuk kedepan ) ini sangat berarti bagi kita tapi kenapa Pemimpin sekarang lain tidak seperti ajaran dan pesan atau kalimat ki Hajar Dewantoro ?
Beda halnya dengan isu kedaerahan serta pemecah belahan Islam, lembaga hukum di Indonesia justeru ‘memilih jalan gelap’ dimana para penegak hukum semakin melemah dalam menyangga hukum yang berlaku.

Saya menitik beratkan kepada Lembaga Hukum.
Lembaga hukum bakal mendapat cobaan yang demikian berat. Disamping ancaman dari luar, tingkat kolusi yang tinggi juga akan mempengaruhi jejegnya naluri keadilan bagi para pelaku hukum di lembaga tersebut.
Saya yakin, mereka yang sekarang duduk dan memiliki kedudukan adalah orang-orang terpilih dan pinilih yang betul-betul paham dengan tugas dan kewajiban yang diembannya.
Tapi saya masih meragukan, apakah mereka benar-benar teguh dalam pendiriannya jika terjadi ancaman atau mungkin sogokan yang akan diberikan kepadanya.
Allahu alam.... Kelak tampak dari mata batin kita yang duduk akan ketauan tidak menepati janji dan akan kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya, banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab.

Ingat....... lemahnya peradilan bukan merupakan siksaan dari Tuhan, melainkan lemahnya manusia atas tanggung jawabnya sebagai mahluk sosial yang bergantung kepada hukum.
Garong makin merong - rong, rampok makin merajalela, pengayom memfitnah yang diasuh, penjaga mencuri yang dijaga, penjamin malah minta dijamin, karena menjadi korban orang jahat dan jahil, orang kecilpun semakin terkucil.
Tidak hanya para petinggi, atau praktisi hukum saja yang berperan untuk menegakkan hukum di negeri ini. Semua lapisan masyarakat harus tunduk kepada hukum.
Jika tidak, maka dia akan terhukum.
Banyak janji yang diingkari, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri, manusia senang menipu tidak melaksanakan hukum Allah SWT barang jahat dipuja dan dimenangkan, barang suci dibenci dan dihakimi tanpa peduli membawa ke jeruji.
Telah kita ketahui, di Indonesia di mana negara ini adalah negara hukum yang berdasarkan atas Ketuhanan yang Mahe Esa.
Hukum yang dibuat jelas berlandaskan atas ketuhanan, bukan kekuasaan.
Jadi hukum positip yang di buat oleh manusia tadi merupakan implementasi dari hukum Tuhan.
Dengan kata lain, jika kita tidak mengindahkan hukum positip, atau memutar balikkan hukum positip, berarti kita telah meremehkan Hukum Tuhan.
Manusia sudah lupa dengan asal-usulnya.
Sering kali kita dengar peristiwa ‘permainan hukum’ terjadi di negeri ini.
Maka tak heran jika bencana terus melanda negeri ini. Tuhan murka, karena manusia tak taat lagi terhadap norma / hukum yang mengaturnya.

Banyaknya penyelewengan hukum akhirnya menjadi karma buruk bagi bangsa ini.
Dan kita menerima imbas karma tersebut padahal kita selalu berhati-hati dalam langkah kita. Selalu ingat sebab dan akibat bila melangkah.
Maka mari kita benar-benar memilih..... jangan sampai keliru dengan pemimpin-pemimpin palsu yang menyamar.
Kasihan saudara kita di daerah, didesa maupun dikota, makanya kita teliti bagaimana calon pemimpin yang akan kita usung ?
Namun, masih ada sisa waktu kita untuk merenung dan mencari jalan pulang untuk kembali kepada-Nya. Saya lebih cenderung, agar kita segera kembali kepada fitrah kita sebagai manusia, mahluk sempurna yang berkewajiban melindungi dan menjaga apa yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Allah SWT Maha segalanya.
Doa kita semoga segera muncul seorang tokoh pilihan yang sudah digembleng dari tanah Jawa, guna berbekal kekuatan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Seorang tokoh itu yang dapat membelah pulau Jawa ( Bumi Pertiwi ) ini menjadi dua.
Maaf bukan berarti tanah jawa akan terbelah dua tetapi terpisah oleh dua golongan yaitu Jahat dan Lurus.
Yang luruslah yang dipimpin, rakyat bersatu padu dalam hukum yang adil jujur dan bijaksana memutuskan perkara ( inilah saat yang disebut Ratu Adil) rakyat bersuka ria karena keadilan dari YME, akan muncul Seorang Pemimpin baru dan dapat memimpin Bangsa ini kedepan.

Sekarang yang kita lihat dan kita jumpai adalah
Banyak laknat banyak pengkhianat, anak berani pada orang tua, saudara saling membunuh, guru saling bersateru dan adu kekuatan, dimana-mana banyak yang melampiaskan amarah.
Harta akan menjadi penyebab, pangkat akan menjadi pemikat, yang wenang akan menjadi sewenang-wenang dan merasa paling hebat, yang kalah dan mengalah semua merasa bersalah.
Yang berhati suci dibenci yang jahat penjilat malah mendapat pangkat yang mencuri hanya duduk dan dapat upeti.
Setelah melihat ini semua apa yang mampu kita lakukan ???
Hanya berserah diri pada Allah SWT dan menata rasa dan hati kita agar kembali ke Fitrah kita sebagai makluk sempurna yaitu manusia.

Semoga kedepan kita dapat lebih banyak berbuat untuk negeri ini, negri yang diberikan kesuburan dan kemakmuran oleh Allah SWT, Amin.
Akhir kata, apa bila ucapan atau perkataan saya menyinggung atau tidak berkenan dihati tidak mengurangi rasa hormat saya sedikitpun mohon maaf sebesar-besarnya, karena kami masih harus banyak belajar dan menerima usulan dari panjenengan semua demikian kami hanya bisa mengucapkan ini dengan penuh harap pada rasa kebersamaan dan kepedulian kita.

Sunday, May 4, 2008

GUBERNUR GAMPANG

Press Release
Bunda Lia Songgo Buwono
Yogyakarta.4 Mei 2008 JADI

GUBERNUR GAMPANG
TETAPI SETELAH JADI GUBERNUR MAU APA?

Kami sadar, sebagai insan yang mendalami olah spiritual, rentan sekali menyakiti perasaan orang lain, terkait dengan prediksi dan pemberitaan di media elektronik maupun media cetak. Meski pada dasarnya kami tidak mempunyai niat menyakiti atau menyinggung perasaan seperti itu. Sebab pada dasarnya yang kami sampaikan adalah apa sebenarnya yang sedang terjadi di tengah masyarakat dan rakyat kecil. Hal ini berdasarkan fakta dan kenyataan yang kami lihat kompeten. Namun bagaimanapun manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan langkah dalam kehidupan ini.

Kini, marilah kita menapaki sisa usia kehidupan dengan lembaran baru, tentunya dengan semangat, tetap mengendalikan hawa nafsu, agar dapat menggapai kwalitas kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya, tentunya segala sesuatu jika sudah dikendalikan oleh hawa nafsu tidak akan menghasilkan yang baik dan membawa kita pada kemuliaan hidup, justru kesesatan dan hinaan. Kami keluarga besar Songgo Buwono kenapa berpihak pada Rakyat kecil? Karena mereka yang terkadang menjadi kambing hitam permusuhan alam juga orang besar dan berduit. Contohnya ada seorang yang mencalonkan sebagai Gubernur dan seorang yang mencalonkan sebagai wakil Gubernur, dengan dalih mereka mendapatkan uang dan nafkah dengan asal mendapatkan tanpa memikirkan sebab dan akibatnya menjadi team sukses seorang calon Gubernur contohnya….. Tanpa berpikir panjang terjadi permusuhan dan pertentangan karena hanya ingin menjadikan jago mereka menang dan karena di beri iming-iming kedudukan dan uang. Sehingga tanpa berfikir panjang, perkelaian dan pertumpahan darahpun dilakukan, Masya’ Allah sadarkah mereka bahwa tindakan tersebut tidak benar dan apakah mereka yakin dengan janji-janji mereka? Giliran jago mereka duduk ingatkah pada time suksesnya semasa pemilihan? TIDAK akan ingat bahkan mereka akan melupakan kita dan bisa jadi mereka kelak kalau sudah duduk akan lupa karena sang jago telah menjadi pejabat Wilayah dan merasa menjadi orang besar, itulah watak manusia. kalau sudah begitu orang-orang besar menyalahkan mereka dan menjadikan Rakyat kecil sebagai terdakwa.



Jadi Gubernur memang gampang, sekarang jamannya manusia dapat dibeli dengan uang apa lagi kedudukan akan mudah didapatkan dengan nilai rupiah. Masyarakat kecilpun mendapat imbasnya dan menjadi sasaran sebagai terdakwa dapat diberi iming-iming rupiah dan kedudukan,kalau sudah begitu rakyat hanya menjadi sasaran manfaat orang besar yang ingin mendapatkan kedudukan. Setelah jadi Gubernur misalnya taukah peran dan mau apa Gubernur itu misalnya? Apakah yang diduduki? Tanyakan pada calon untuk siapa dan untuk apa jadi Gubernur ? untuk Rakyat dan Masyarakat atau untuk pribadinya sendiri demi rasa gengsi dan ke- Aku -anya. Apakah mereka dapat menjadikan Pemerintahan bersih? Terutama dari KKN yang semakin merajalela? Dapatkah mereka menyejahterakan Rakyatnya, jangan Cuma janji. Apakah calon sudah memiliki nasehat dan petuah- arahan pada Rakyat untuk kesejahteraan? Apakah calon sudah bersama ditengah masyarakat untuk do’a dan apa do’anya pada Rakyat dan Masyarakat? Lalu apa yang diberikanya pada Masyarakat apakah calon tersebut sudah menunjukkan kepribadianya demi Rakyat?

Pemimpin itu melihat lebih jauh dan lebih dalam dari pada orang lain, Melihat lebih banyak dari pada orang lain, lebih dulu melihat dari pada orang lain, sudahkah calon anda seperti itu? Yang penting dia punya rasa, menghargai orang lain dan menciptakan suasana nyaman pada masyarakat, jadikanlah pemimpin yang bisa ngayomi / ngayemi masyarakat – kawulo alit. Berani tanggung jawab dan ambil oper kesalahan anak buah, sonder berfikir demi keuntungan pribadi. Dudukilah TEKAT.

Press Release Mei 2008

GUBERNUR GAMPANG
TETAPI SETELAH JADI GUBERNUR MAU APA?

Kami sadar, sebagai insan yang mendalami olah spiritual, rentan sekali menyakiti perasaan orang lain, terkait dengan prediksi dan pemberitaan di media elektronik maupun media cetak. Meski pada dasarnya kami tidak mempunyai niat menyakiti atau menyinggung perasaan seperti itu. Sebab pada dasarnya yang kami sampaikan adalah apa sebenarnya yang sedang terjadi di tengah masyarakat dan rakyat kecil. Hal ini berdasarkan fakta dan kenyataan yang kami lihat kompeten. Namun bagaimanapun manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan langkah dalam kehidupan ini.

Kini, marilah kita menapaki sisa usia kehidupan dengan lembaran baru, tentunya dengan semangat, tetap mengendalikan hawa nafsu, agar dapat menggapai kwalitas kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya, tentunya segala sesuatu jika sudah dikendalikan oleh hawa nafsu tidak akan menghasilkan yang baik dan membawa kita pada kemuliaan hidup, justru kesesatan dan hinaan. Kami keluarga besar Songgo Buwono kenapa berpihak pada Rakyat kecil? Karena mereka yang terkadang menjadi kambing hitam permusuhan alam juga orang besar dan berduit. Contohnya ada seorang yang mencalonkan sebagai Gubernur dan seorang yang mencalonkan sebagai wakil Gubernur, dengan dalih mereka mendapatkan uang dan nafkah dengan asal mendapatkan tanpa memikirkan sebab dan akibatnya menjadi team sukses seorang calon Gubernur contohnya….. Tanpa berpikir panjang terjadi permusuhan dan pertentangan karena hanya ingin menjadikan jago mereka menang dan karena di beri iming-iming kedudukan dan uang. Sehingga tanpa berfikir panjang, perkelaian dan pertumpahan darahpun dilakukan, Masya’ Allah sadarkah mereka bahwa tindakan tersebut tidak benar dan apakah mereka yakin dengan janji-janji mereka? Giliran jago mereka duduk ingatkah pada time suksesnya semasa pemilihan? TIDAK akan ingat bahkan mereka akan melupakan kita dan bisa jadi mereka kelak kalau sudah duduk akan lupa karena sang jago telah menjadi pejabat Wilayah dan merasa menjadi orang besar, itulah watak manusia. kalau sudah begitu orang-orang besar menyalahkan mereka dan menjadikan Rakyat kecil sebagai terdakwa.



Jadi Gubernur memang gampang, sekarang jamannya manusia dapat dibeli dengan uang apa lagi kedudukan akan mudah didapatkan dengan nilai rupiah. Masyarakat kecilpun mendapat imbasnya dan menjadi sasaran sebagai terdakwa dapat diberi iming-iming rupiah dan kedudukan,kalau sudah begitu rakyat hanya menjadi sasaran manfaat orang besar yang ingin mendapatkan kedudukan. Setelah jadi Gubernur misalnya taukah peran dan mau apa Gubernur itu misalnya? Apakah yang diduduki? Tanyakan pada calon untuk siapa dan untuk apa jadi Gubernur ? untuk Rakyat dan Masyarakat atau untuk pribadinya sendiri demi rasa gengsi dan ke- Aku -anya. Apakah mereka dapat menjadikan Pemerintahan bersih? Terutama dari KKN yang semakin merajalela? Dapatkah mereka menyejahterakan Rakyatnya, jangan Cuma janji. Apakah calon sudah memiliki nasehat dan petuah- arahan pada Rakyat untuk kesejahteraan? Apakah calon sudah bersama ditengah masyarakat untuk do’a dan apa do’anya pada Rakyat dan Masyarakat? Lalu apa yang diberikanya pada Masyarakat apakah calon tersebut sudah menunjukkan kepribadianya demi Rakyat?

Pemimpin itu melihat lebih jauh dan lebih dalam dari pada orang lain, Melihat lebih banyak dari pada orang lain, lebih dulu melihat dari pada orang lain, sudahkah calon anda seperti itu? Yang penting dia punya rasa, menghargai orang lain dan menciptakan suasana nyaman pada masyarakat, jadikanlah pemimpin yang bisa ngayomi / ngayemi masyarakat – kawulo alit. Berani tanggung jawab dan ambil oper kesalahan anak buah, sonder berfikir demi keuntungan pribadi. Dudukilah TEKAT.