Thursday, July 9, 2009

Pemimpin Ideal Nusantara


Salam sejahtera bagi kita semua dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT telah terlaksana Pemilu yang aman dan Elegan. Dengan kemenangan pasangan SBY dan Budiono 2009 – 2014. semoga Presiden SBY dan Budiono dapat mengemban tugas sebagai pemimpin dan menjadi amanah rakyat Indonesia karena rakyat tidak untuk main-main. LANJUTKAN ! Semoga atas terpilihnya kembali SBY dan Budiono seluruh rakyat Indonesia bisa makmur dan sejahtera sesuai kinerja serta Visi Misi yang telah disampaikan, bukan hanya mimpi dan sekedar janji yang kami dapat tapi kami butuh BUKTI.
Waktu mengalir setiap saat, bahkan setiap detik.
Keadaan zaman berubah seiring dengan perubahan waktu.
Segalanya berubah, tanpa bisa dibendung. Keadaan keindahan alam sudah bergeser. Ungkapan lama tentang kemakmuran dari sebuah negara pada zaman dahulu, saat ini jangan hanya merupakan suatu cerita belaka.
Gambaran tentang negara yang “Tata titi tentrem, kerta raharja, loh jinawi” sangat jauh dari kenyataan kehidupan saat ini.
Damai dan sejahtera sangat jauh dari benak kita, hanya ada di angan-angan kita. Yang kita hadapi sekarang adalah sebuah kenyataan, alam dan kehidupan yang kejam yang mengintai diri kita setiap saat. Dan kita harus waspada dengan keadaan alam sekitar kita yang mana akan terjadi dengan berbagai bencana terutama kecelakaan udara laut dan darat.
Rakyat harus kita ajak bangkit. Apa arti MERDEKA dari penjajahan bangsa asing secara fisik, tapi belum terbebas dari penjajahan secara ekonomi.
Dan sekarang sedang memasuki fase penjajahan dan pembodohan oleh bangsa sendiri yang disebut pejabat/aparat (mungkin lebih tepat kalau disebut PENJAHAT DAN KEPARAT), apa kita masih bisa bilang MERDEKA bila negara kini memeras rakyat dengan berbagai macam pajak dan pungutan yang tidak jelas buat apa uangnya? Apakah rakyat menikmatinya bila kemiskinan dan kebodohan masih berserakan dimana-mana. Masih pantaskah kita merasa merdeka bila masih terjajah oleh bangsa sendiri, masih pantaskah kita disebut bangsa apabila sesama anak negeri saling tusuk karena suku, ras, agama. Apakah ini yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Mari kita pada hati nurani kita, sudahkah kita MERDEKA?
Sebuah negara, tidak syah jika beberapa unsurnya tidak terpenuhi, yaitu harus memiliki Wilayah, Rakyat dan Tata Aturan yang mengatur kehidupan masyarakatnya.
Rakyat dan Wilayah merupakan hal yang terpenting dalam terbentuknya sebuah negara. Kedua unsur negara ini tidak dapat dipisahkan. Pengelolaan wilayah dan tata aturan hubungan kemasyarakatan, tidak lepas dengan kemakmuran negara dan kebebasan individu. Tata aturan yang dibuat harus disepakati oleh seluruh lapisan masyarakat yang berada dalam wilayah sebuah negara, hal ini yang disebut hukum positif. Dalam skala kecil sebuah negara, katakanlah sebuah Desa, setiap anggota masyarakat harus memiliki sikap “golong-gilig, ajur-ajer” sehingga akan mengkoloid menjadi sebuah sikap yang “labuh-labet”.
Sikap-sikap seperti ini harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa kecuali.
Baik rakyat maupun pamong (pimpinan) sekalipun.
Sikap-sikap tersebut dibutuhkan untuk dapat diciptakan suatu kondisi lingkungan yang aman dan makmur.
Tidak akan terjadi gangguan dan gejolak yang disebabkan gesekan-gesekan diantara warga masyarakat maupun pihak luar.
Kondisi yang stabil semacam ini bisa tercapai jika ada sebuah pimpinan yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat. Presiden terpilih SBY – Budiono telah dipercaya Rakyat untuk meneruskan kepemimpinannya 2009-20014 harus mampu mewujutkan impian rakyat. Hidupkan kembali Dasar Pancasila dan UUD 45 Negara ini. Pilih dengan teliti yang menjadi Menteri- menteri dan akrablah dengan rakyat ingat akan kultur Budaya sendiri dan jangan lupa pada Moyang sendiri jangan meninggalkan Tradisi Bangsa sendiri.
Pemimpin yang lahir dari rakyat dan berpihak kepada rakyat jelata. Nenek moyang kita sejak lama sudah memiliki konsep kepemimpinan, yang dituangkan dalam bentuk dan simbol-simbol alam, yaitu konsep Astha Brata. Dimana konsep tersebut mengisyaratkan bagaimana seharusnya sikap seorang pemimpin yang ideal. Harus memiliki sifat-sifat yang digambarkan dengan simbol-simbol alam. Kita harus mencari seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin, melalui doa dan petunjuk.
Karena Indonesia benar-benar membutuhkan pemimpin.
Yang mana kita jangan sampai salah pilih.
Manusia yang seutuhnya adalah manusia yang selalu dalam CONCIOUSNESS – KESADARAN SUKMO – JIWA, sehingga hidupnya selalu dalam bimbingan dan tuntunan.
Hidup yang demikian adalah hidup yang membiarkan SUKMO-JIWA menjadi NAKHODA TUBUH FISIK.
Dimana otak kanan menerangi otak kiri, bukan sebaliknya.
Inilah yang disebut keseimbangan sejati.
Melalui cara hidup demikian, jaminan keselamatan pasti ditangan.
Manusia satrio sejati seperti inilah yang dipilih untuk jadi pemimpin dan pejabat-pejabat negara yang akan mampu membawa Nusantara jadi Oboring Jagad.
Kondisi negara kita saat ini sangatlah terpuruk.
Upaya-upaya perbaikan hanyalah celotehan para politikus belaka. Realisasinya hanyalah merupakan dongeng pengantar tidur saja. Janji-janji para pemimpin (legislatif dan eksekutif) tidak pernah terwujud seutuhnya. Lalu rakyat yang mana yang dibela?
Saya teringat tembang pasemon berupa tembang pocung :

Bapak pocung
Cangkem mu madhep mandhuwur
Sabamu ing sendhang
Pencokanmu ing lambung kèring
Ulap-ulap si pocung mutahku aya

Kita mudah menebak apa yang dimaksud oleh tembang pocung tadi, yaitu sebuah klenthing atau jun, yang digunakan untuk mengambil air oleh masyarakat kita pada zaman dahulu.
Namun makna yang tersirat dari tembang pocung itu masih sulit untuk ditangkap. Itulah gambaran para politikus kita saat ini. Saya teringat kembali pada ungkapan lama yang tertulis pada kitab kuno “Niti Sruti” yang bunyinya :
“Jun iku yên lokak kocak
Bisané mênêng lan antêng, yèn kêbak”

Ungkapan pada bait pertama inilah yang harus kita kikis, jangan sampai para politikus berperilaku seperti ungkapan tersebut. Tetapi hendaknya mengikuti apa yang diisyaratkan seperti pada bait kedua. Jika tidak mampu memenuhi sikap-sikap seperti bait kedua, maka akan timbul ekses yang sangat menghancurkan, yaitu malah akan memiliki watak yang “Adigang adigung adiguna adimumpung”. Adigang adalah Wigang, disimbolkan sebagai “KIDANG” atau kijang, seekor binatang yang sangat molek, lincah, gesit dan memikat hati, namun pandai mengelabui, seolah-olah jinak. Adigung adalah Wigung, disimbolkan sebagai binatang “GAJAH”, seekor binatang yang sangat besar dan kuat. Namun dengan kekuatannya yang besar kadang-kadang menginjak-injak dan menindas yang lemah. Adiguna adalah kepandaian, kecerdasan. Namun berkonotasi negatif.
Bisa diartikan sebagai kelicikan, karena kepandaian yang dimiliki selalu digunakan untuk membodohi orang lain, sehingga akan muncul sifat yang sewenang-wenang. Adimumpung, dapat diartikan mumpung menjadi orang penting sehingga sewenang-wenang dan menghalalkan segala cara.
Kita tidak pernah berharap mempunyai pemimpin yang memiliki sifat seperti ini.
Kemerdekaan individu, dibatasi oleh kemerdekan individu lainnya. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Setiap orang memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sehingga hak-hak individu harus saling dihormati.
Dan yang jelas kita harus mempertahankan keutuhan NKRI apapun resikonya, kami percayakan Nusantara tetap Jaya dengan dasar Pancasila dan UUD 45. kalau benar-benar kita laksanakan dengan murni dan konsekuen niscaya tidak ada bangsa kita yang durhaka terhadap bangsa dan mengingat nenek moyang kita. Mungkin keadaan yang carut marut saat ini adalah bagian dari cobaan dari Yang Maha Kuasa. Mungkin kita lupa bersyukur dan lupa berterima kasih kepada alam dimana kita tinggal. Bumi yang sudah menghidupi kita, alam yang telah menyediakan segalanya untuk keperluan hidup kita. Sedekah Bumi, Ruwat Bumi Pertiwi. Disini letak kunci negara republik indonesia yang kita cintai pasti sekali merdeka tetap merdeka.
Hayu hayu hayu... Niskala.
Kami sangat ingin dan sangat gandrung kemerdekaan lahir batin, semoga terwujud cita-cita bangsa indonesia dan mendapatkan pemimpin yang benar-benar sesuai dengan harapan nusantara. Terbasuhnya kala bumi dan kita tajamkan budi pekerti kita, pemimpin dan rakyatnya. Kita do’akan bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Budiono agar dapat Meneruskan memimpin Rakyat Indonesia dengan adil dan bijaksana. Merdeka !!!

Angka 8 Wuku Wayang dengan Harapan Perubahannya

11 Juli 2009
PRESS RELEASE
Bunda Lia Hermin Putri
Pimpinan Sanggar Supranatural “Songgo Buwono”


Dengan ketidak munculan Sultan Hamengku Buwono X dalam pemilu 2009-2014 Pemilu 2009 adalah karena Sasmita dan tanggapnya seorang Raja yang betul-betul tanggap dalam olah batin dengan tingkat tinggi dalam olah spiritual beliau. Wahyu atau Pulung Kraton adalah milik Sang Pencipta yang tidak dibuat main-main. Jadi seorang satrio sejati itu sulit dan benar-benar harus dijunjung tinggi. Sultan Hamengku Buwono X adalah milik rakyat dan dan untuk rakyat. Sultan sendiri adalah Trahing Kusumo Rembesing Madu yang harus tetap harum namanya diseluruh Negri juga mata dunia, legowo, santun tutur katanya, penuh wibawa, dan selalu memberi kesejahteraan, ngayomi, ngeyemi bagi Rakyatnya. Apa bila Sultan Hamengku Buwono X jadi Presiden mau minta Restu pada siapa? Sedang Beliau selalu dimintai Restu bagi calon RI I. Jadi ketidak munculan Sultan Hamengku Buwono X karena sasmita dan tanggapnya beliau dalam olah rasa dengan tingkat tinggi, dan ketidak munculan Sultan HB X dalam pemilu jangan membuat kecewa bagi pendukung berat beliau, semua ini harus kita hargai karena petunjuk dan tajamnya mata batin Sultan HB X dalam olah rasa. Beliau sendiri tidak mau rebutan balung tanpo sumsum, kekuasaan dan kedudukan tidak untuk dipertaruhkan dan diperebutkan. Seperti pedagang saja.
Pemilu pelaksanaannya hari Rabo Paing tanggal 8 Juli 2009 wuku Wayang. Tampak jelas sekali dengan pertimbangan dan berbagai spekulasi politis tentu adamotif. Begitu pula dengan prediksi mistis. Sejumlah paranormal menjelaskan dan memutuskan, Bunda Lia mencoba menyingkap misteri di balik jadwal pelaksanaan pemilu tersebut. Pemilu di Indonesia, dalam perspektif budaya-spiritual Nusantara bukan sekedar pesta demokrasi yang bertujuan mencari calon pemimpin. Tapi lebih jelasnya adalah sebuah pertarungan mistis dari perebutan wahyu keprabon. Memang sulit untuk mengingkari fakta dan kenyataan ini, karena seringkali ditemui kesaksian dari sejumlah warga dan paranormal atau kyai yang mengaku pernah dimintai restu atau bantuannya untuk menarik wahyu itu. Ada sebagian orang, barangkali dimensi mistis hanya cuma dianggap mitos belaka. Tetapi, kenyataannya demikianlah sejarah bangsa ini telah membuktikan, sejak presiden pertama RI, Soekarno dan presiden kedua RI, Soeharto. Terlebih, ketika jadwal pemilu yang telah ditetapkan akan dilaksanakan tanggal 8 Juli 2009. Bagi para waskita, waktu atau tanggal tak sekedar ditentukan dengan pertimbangan logis. Tapi, juga pertimbangan mistis. Bagaimana pun, sebuah hajatan besar di Nusantara, selalu dicarikan waktu berdasarkan primbon, petung dhina atau perhitungan hari menurut kepercayaan Jawa dan semacamnya. Perubahan jadwal pemilu tanggal 9 April 2009 berubah menjadi tanggal 8 Juli 2009, sontak meletikkan dugaan mistis terkait upaya SBY meraih wahyu kerpabon lagi.
Bunda Lia Pimpinan Songgo Buwono Jogyakarta, paranormal yang sudah tak asing di jagat Nusantara mengatakan, sebuah angka dalam kepercayaan Jawa memiliki makna. Angka 8 sebagai wuku Wayang dan Naga hari, bulan, taun, pas dengan keberuntungan SBY bisa bermakna kejayaan.
Soekarno dipercaya memiliki berbagai piandel, ilmu jaya kawijayan tingkat tinggi. Kharisma dan kewibawaan beliau mampu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dari beragam suku, sehingga tercipta kesatuan dan persatuan bangsa yang kuat. Dengan kelebihan seorang Soekarno yang dicintai rakyatnya sehingga NKRI bisa terwujud tapi sekarang nyaris punah. Dan ketika beliau wafat, Soekarno masih diagungkan jasa dan pamor atau aura gaibnya yang sangat luar biasa. Tak jarang makam beliau pun menjadi tempat yang dikeramatkan dan banyak pesiarah yang datang untuk berolah batin-meditasi. Masa kepemimpinan Soekarno 22 tahun lamanya (17 Agustus 1945-12 Maret 1967), Beliau telah melekat dihati rakyat dan reputasinya tak terukur dari kesuksesan memimpin Bangsa Indonesia dan membuat segan bangsa lain itulah sosok Soekarno yang wajib dicontoh sebagai seorang Presiden.
Demikian juga tak kalah menarik dengan sosok Soeharto. Presiden kedua RI ini kisahnya bahkan masih hangat. Berbagai kesaksian dari para juru kunci, kyai dan paranormal banyak mengungkap laku tirakat Soeharto dalam usahanya mencapai dan mempertahankan wahyu keprabon presiden. Dengan berbagai kesalahan dalam sepak terjang Soeharto yang lebih tepat disebut kekurangan yang manusiawi, jutaan rakyat Indonesia tetap berkabung dan ikut mendoakan arwahnya ketika meninggal. Sama halnya dengan Soekarno, mendiang pak Harto juga menjabat presiden dalam waktu yang lama, sejak 12 Maret 1967- 21 Mei 1998, kurang lebih selama 31 tahun. Jagat Nusantara percaya, kedua tokoh ini mampu berkuasa selama itu karena dinaungi wahyu keprabon dan olah batin yang kuat tidak meninggalkan tradisi budaya nenek moyang kita.
Bagaimana dengan presiden pasca Soeharto? Inilah yang sedang menjadi pengamatan banyak pihak. Susilo Bambang Yudhoyono menjadi pusat perhatian jagat spiritualis begitu memegang tampuk kepresidenan. Presiden ke-7 RI ini juga tentu tak luput dari kisah perburuan wahyu kepresidenan baik secara terang-terangan maupun utusan atau suka rela spiritual yang simpati pada SBY tanpa menunggu utusan datang dari SBY melakukan olah rasa untuk mendudukkan kembali SBY dalam Istana kepresidenan . Meski disebut hanya melalui perantara, atau tanpa perantara pada kenyataannya SBY mampu menduduki Istana Negara kembali menduduki sebagai Presiden RI ke-7. Alhamdulillah Songgo Buwono beberapa bulan yang lalu kembali meyakini, SBY masih kembanan wahyu keprabon. Menjelang pemilu 2009 hingga SBY duduk kembali, kiprah SBY kembali menjadi perhatian jagat supranatural. Dan tinggal melaksanakan Tasyakuran atas keberhasilan SBY. Apabila tidak ada halangan Songgo Buwono akan melaksanakan gelar Doa bersama atas duduknya Kembali SBY ke kursi Presiden RI pada waktu dekat ini setelah pelantikan jabatan SBY. Untuk hal ini Bunda Lia menghimbau kepada seluruh pendukung agar legowo atas kemenangan SBY. Dan jangan membuat ricuh dan keruh suasana karena kita masih akan menghadapi berbagai bencana alangkah baiknya kita gunakan untuk berdo’a dan memohon petunjuk pada YME agar terhindar dari mara bahaya yang belum usai dan masih akan terus berlanjut.
Bunda Lia Pimpinan Songgo Buwono Jogyakarta, paranormal yang sudah tak asing di jagat Nusantara mengatakan, sebuah angka dalam kepercayaan Jawa memiliki makna. Angka 8 sebagai wuku Wayang dan Naga hari, bulan, taun, pas dengan keberuntungan SBY bisa bermakna kejayaan maksimal. “Jika angka ini (delapan-red) diperlakukan khusus, pasti ada maksudnya. Semisal, dijadikan hari baik yang diharapkan memberikan keberuntungan besar bagi SBY”, Sedangkan angka 8 merupakan lambang delapan penjuru mata angin. Di Bali hal ini dilambangkan dengan apa yang kita kenal dengan “Sad Kahyangan Jagad”. Artinya dalam kejadian ini delapan kekuatan dewa-dewa menyatu, menyambut dan menghantarkan Sang Hyang Ismoyo (Sabdo Palon) untuk turun ke bumi. Di dalam kawruh Jawa, Sang Hyang Ismoyo adalah sosok dewa yang dihormati oleh seluruh dewa-dewa. Dan Wuku Wayang Gunung di sini melambangkan hakekat tempat atau sarana turunnya dewa ke bumi (menitis).ujar Bunda Lia.
Bunda Lia mengupas, semakin kuat ketika mencermati angka delapan yang ternyata juga merupakan angka mujur bagi SBY. Tanggal lahir SBY tanggal 9 September 1949. Angka 8 dan 9 berurutan. Belakangan, pemilu juga diundur pelaksanannya pada tanggal 8. Menurut Bunda Lia, bagi SBY angka 8 bisa dimaknai sebagai harapan akan bangkitnya perekonomian dan kemenangan SBY dalam pemilu 2009 nanti. Angka 8 juga berhubungan dengan angka keramat, “Ini merupakan simbol kejayaan maksimal. Sedang tanggal 9 kelahiran SBY dalam Kitab Al-quran, angka 9 juga memiliki arti khusus dan istimewa”, tegasnya.
Namun demikian, Bunda Lia mencatat beberapa peristiwa besar terkait naiknya SBY menjadi presiden di tahun 2004 itu. Bencana tsunami terjadi pada tahun pemerintahannya. Begitu pula gempa tektonik di kabupaten Bantul, Jogjakarta. Jika melihat hari pada tanggal 8 Juli 2009, yakni hari Rabu Paing, menurut Bunda Lia, harapan perubahan ekonomi tegasnya.
Dua kemungkinan yang tetap bisa terjadi meski sudah diupayakan dengan memilih hari baik itu, lanjut Bunda Lia, menjadi ranah di mana karomah negara akan berperan. Artinya, pada garis dua kemungkinan itulah faktor wahyu keprabon yang menurut Bunda Lia lebih tepat disebut karomah atau mahkota negara itu yang akan menentukan baik buruknya keadaan pasca terpilihnya presiden nanti. “Bila pemerintahan SBY - Budiono mendatang dinaungi wahyu, bangsa ini akan segera bangkit dari keterpurukan.”, jelasnya.
Dua kemungkinan itu, wahyu keprabon baru nitik SBY belum Nitis jadi kalau sampai SBY – Budiono lengah dalam olah rasa dan Spiritual ..... lanjut Bunda Lia, dimungkinkan wahyu mahkota negara dapat saja oncat atau pergi, karena entah akan terjadi apa nanti di tahun 2011, untuk itu SBY dan Budiono harus waspada tanggap dan tajam ing sasmita, hanya dengan laku ritual tertentulah SBY atau Budiono dapat melewati tahun yang menurut mata spiritual rawan. Harapan kami yang penting Presiden dan Wakil tidak melupakan Kultur Budaya dan Tradisi Jawa. Jika Presiden nanti mendapat karomah dengan sebuah laku, padahal sebenarnya tidak layak, karena mahkota negara justru akan menimbulkan bencana sebagai tumbal. Karena itu, Bunda Lia mengingatkan, untuk SBY dan Budiono yang menjadi pemimpin di negeri ini, harus memahami keagungan karomah negara berikut resiko besarnya. Yang pasti dan utama berbaurlah kepada rakyat dan junjung tinggi Leluhur dan tradisi Jawa hidupkan kembali Budaya leluhur.